Taman Budaya Jambi

 Sering kita (KERLIPers) menginjakkan kaki di Taman Budaya Jambi untuk melakukan aktivitas seni. 
Tapi, adakah yang tahu bagaimana asal mula di bangunnya TBJ itu? 
dan apa sajakah yang ada di wilayah TBJ?
Untuk lebih lengkapnya, mari KERLIPers kita sama-sama membaca ulasan di bawah ini

Taman Budaya Jambi terbentuk atas dasar realisasi kesadaran akan pentingnya pembangunan yang berbudaya. Mengingat kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan dan sebagai media untuk pembentukan bangsa yang berbudaya, maka keberadaan Taman Budaya ini mutlak diperlukan.
Sebagai ‘art centre’, Taman Budaya membuka diri bagi aktivitas organisasi seni dan seniman. Sesuai dengan lingkup bidang pekerjaannya, yakni berupa penggalian dan penelitian, pendokumentasian, pelestarian/kaderisasi, pelatihan dan bimbingan kesenian sebagai wujud pemeliharaan khasanah kesenian yang dimiliki serta berupaya meningkatan apresiasi dan kreativitas, memupuk potensi seni budaya, mengolah dan melakukan eksperimentasi, studi banding/workshop dan diskusi, duta seni dan temu karya, festival, lomba dan sayembara seni untuk mengupayakan peningkatan mutu kesenian yang dimiliki serta tidak mengenyampingkan masalah penerbitan, pergelaran dan pameran, symposium, seminar dan ceramah, promosi dan sosialisasi, publikasi seni.

Setiap tahun Taman Budaya Jambi menyelenggarakan peristiwa kesenian dari berbagai bentuk seni pertunjukan baik itu tradisional maupun modern seperti tari, musik, teater, sastra dan pameran seni rupa. Bukan saja hanya terbatas pada kegiatan di dalam Provinsi Jambi, Taman Budaya  kerap menjadi penyelenggara dan penggagas berbagai peristiwa kesenian yang cukup fenomenal, seperti peristiwa Pameran Lukisan dan Dialog Perupa se-Sumatera (1993) yang menampilkan ekspresi seni rupa dari berbagai seniman di Sumatera, Temu Teater se-Sumatera (2000),  dan Temu Sastra Indonesia (2008).

Bagi yang ingin mengetahui proses penggarapan seni atau persiapan sebelum karya itu dipentaskan pada suatu kesempatan dapat menyaksikannya di institusi Taman Budaya ini. Demikian pula berbagai pergelaran seni pertunjukan, pameran, sarasehan dan diskusi serta workshop. Bahkan, hasil rekaman berupa audio maupun visual yang dapat diakses oleh berbagai kalangan. Selain itu, terdapat juga ruang perpustakaan yang meskipun koleksi bukunya terbatas tetapi dapat pula dimanfaatkan oleh para seniman Jambi dan dunia pendidikan (mahasiswa, guru kesenian, dan para tenaga pengajar di tingkat Perguruan Tinggi) untuk menambah perbendaharaan pengetahuan di bidang seni dan budaya. Hal ini penting dipahami karena Taman Budaya tidak hanya untuk dimanfaatkan bagi sekelompok orang saja melainkan dapat dimanfaatkan bagi siapapun sepanjang itu dipergunakan untuk peristiwa kesenian.

Ketika hubungan antar seniman dan kelompok kesenian itu  terbangun, maka  Taman Budaya dapat menjadi ‘rumah seniman’, sehingga keberadaannya dapat menjadi ruang komunikasi, tempat bertemu dan ajang tampilnya berbagai eksplorasi seni dan bukan sebagai bangunan yang terasing bagi kehidupan kesenian.
Sarana dan Prasarana

Untuk lebih memotivasi gairah aktivitas berkesenian di Provinsi Jambi, serta meningkatkan mutu pelaku seni dan seniman, TBJ mempunyai beberapa sarana gedung pertunjukan, yakni;

-    1 bh Gedung Prosenium yang kesemuanya berkapasitas sekitas 500 orang dilengkapi dengan kamar ganti, kamar kecil (WC) dan perangkat soundsytem-lighting
-    1 bh Open Stage, (dalam tahap renovasi)
-    3 bh Gazebo (1 bh ukuran besar dan  2 bh ukuran kecil),
-    1 bh Galery

Ruang kegiatan berkesenian;

-    1 bh ruang perpustakaan
-    1 bh ruang latihan tari/musik
-    1 bh ruang kegiatan belajar/diskusi
-    2 bh ruang audio-visual (dokumentasi)
-    1 bh bangunan untuk serbaguna (secretariat kelompok kerja)

disamping itu TBJ memiliki wisma yang memuat 60 orang, berjumlah 15 kamar, 5 diantaranya VIP, dilengkapi ruang dapur, taman, dan loby.


(disadur dari : http://tamanbudayajambi.com/ver1/content/blogcategory/0/40/ )



Ulasan ini diterbitkan agar KERLIPers setidaknya tahu sedikit tentang seluk beluk dari Taman Budaya Jambi.
Jangan hanya KERLIPers bisa datang lalu beraktivitas dan kemudian pulang.
-semoga bermanfaat-



Satukan Hati Satukan Jiwa Satukan Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar